Kamis, 18 Februari 2016

Cara mudah Root Android tanpa PC KINGROOT (DOWNLOAD)

Kali ini admin ingin membagikan cara root android tanpa pc menggunakan kingroot. Tapi membutuhkan koneksi Internet
Download Disini
http://www.kingroot.net/wap/download

Read More

Kamis, 10 Januari 2013

Delapan Wasiat Sulthan Iskandar Muda



Aceh pernah dijuluki "Serambi Mekkah", karena masyarakatnya religius, yang sangat mengenal nilai-nilai agama. Syariat Islam menjadi bagian yang tak terpisahkan dari pengamalan hidup sehari-hari. Keadaan itu pernah terealisir pada masa Sultan Iskandar Muda berkuasa (1016-1046 H atau 1607-1637 M).


Denys Lombat, seorang sejarawan Perancis melukiskan wajah Aceh pada zaman Iskandar Muda sudah berjalan dengan baik, meliputi tertibnya administrasi keuangan dalam negeri, adanya perundang-undangan dan tata pemerintahan yang teratur, memiliki angkatan bersenjata, memiliki komitmen di bidang politik perdagangan dalam negeri dan antar-negara lain, memiliki hubungan diplomatik dengan negara asing, memiliki mata uang sendiri, memiliki kebudayaan yang bemafaskan Islam, kesenian dan kesusastraan, dan Iskandar Muda sendiri sebagai seorang Sultan yang agung dan sangat berwibawa serta bijaksana.

Era keemasan “zaman Aceh” seperti itu bukanlah dongengan belaka seperti diungkapkan Snouck Hurgronje, “Zaman emas kerajaan Aceh, dalam waktu mana Hukum Islam berlaku atau Adat Meukuta Alam boleh jadi dianggap sebagai landasan peraturan Kerajaan, nyatanya telah menjadi sebuah dongeng” (buku The Achehnese).

Pernyataan Snouck Hurgronje tersebut, telah pula dibantah oleh W.C.Smith, seperti diungkapkan dalam bukunya Islam in Modern History (1959;45). Menurut Smith, kerajaan Aceh Darussalam da1am abad ke XVI merupakan salah satu negara Islam yang memiliki peradaban dan dikenal dunia, setelah Kerajaan Islam Maroko di Afrika Utara, Kerajaan Turki Usmani, Kerajaan Isfahan dan Kerajaan Agra di Anak benua India.

Menurut catatan sejarah, betapa indah dan damainya Aceh pada masa Sultan Iskandar Muda. Seperti terungkap dalam delapan wasiat raja adil dan bijaksana;


Pertama, hendaklah semua orang tanpa kecuali supaya selalu ingat kepada Allah dan memenuhi janji-Nya. Taushiah pertama ini tidak hanya diperuntukkan kepada rakyat semata, tetapi juga diberlakukan untuk semua wazir, hulubalang, pegawai kerajaan, bahkan untuk keluarga istana. Melalui wasiat ini telah mendorong tumbuhnya girah keagamaan dan syiar Islam di seluruh wilayah kerajaan Aceh Darussalam.


Kedua, janganlah raja menghina para alim-ulama dan cendekiawan. Pesan kedua ini terutama ditujukan kepada raja (diri sendiri) sebelum ditujukan kepada rakyat. Ini mengandung filosofi, bahwa setiap pimpinan (kerajaan) tidak hanya pandai memberikan perintah, intruksi kepada orang lain, sedangkan untuk diri sendiri diabaikan. Pesan ini juga tercermin begitu baiknya hubungan umara (raja) dengan ulama dan pada masa itu. Ulama ditunjuk sebagai mufti kerajaan. Hal ini tidak terlepas dari pesan Rasulullah saw, “Ada dua golongan manusia, bila kedua golongan itu baik maka akan baiklah semua manusia. Dan bila keduanya tidak baik maka akan rusaklah kehidupan manusia ini, dua golongan itu ialah ulama dan umara”.


Ketiga, Raja janganlah cepat percaya bila ada informasi atau berita disampaikan kepadanya. Wasiat ini ada berkorelasi dengan isyarat Alquran (al-Hujarat:6), agar setiap ada berita atau informasi yang belum jelas, supaya dilakukan investigasi kebenarannya. Tujuan supaya tidak menimbulkan fitnah antar sesama.


Keempat, Raja hendaklah memperkuat pertahanan dan keamanan. Wasiat keempat ini merupakan hal yang penting, karena dengan kuatnya pertahanan negara, menjadikan negara itu berwibawa. Pertahanan keamanan negara ini tidak hanya ditujukan kepada prajurit-prajurit terlatih tetapi juga diserukan kepada rakyat untuk saling membantu bangsa, agama dan tanah airnya dari segala bentuk ancaman yang datang baik dari dalam maupun dari luar.


Kelima, Raja wajib merakyat, dan sering turun ke desa melihat keadaan rakyatnya. Ini pesan yang sangat simpatik dan seperti itulah jiwa dari seorang khalifah, tidak hanya duduk dan berdiam di istana dengan segala kesenangan dan kemewahan, tapi semua itu justru digunakan untuk kepentingan rakyatnya. Raja, tidak hanya ahli mendengar para pembisik dari wazir dan hulubalangnya, raja tidak hanya pandai menerima dan membaca laporan dari kurirnya, tetapi raja yang adil, arif dan bijaksana serta amanah menyaksikan langsung apa yang sedang terjadi dan dialami oleh penduduknya. Sifat semacam itu menjadi kebiasaan dari khalifah Umar bin Khattab saat beliau menjabat Khalifah. Raja sangat menghargai prestasi yang telah dibuat oleh rakyat, yang baik diberi penghargaan, sedangkan yang tidak baik diberi sanksi berupa teguran dan peringatan.



Keenam, Raja dalam melaksanakan tugasnya melaksanakan hukum Allah. Semua ketentuan Allah yang harus dijalankan termaktub dalam Qanun al-Asyi. Tentang sumber hukum dalam qanun al-asyi, dengan tegas dicantumkan, bahwa sumber hukum dari Kerajaan Aceh Darussalam, yaitu Alquran, al-Hadis Nabawi, Ijmak ulama, dan qiyas, hukum adat, qanun dan reusam.


Islamisasi semua aspek kehidupan rakyat Aceh disimbolkan oleh sebuah hadih maja yang menjadi filsafat hidup, politik dan hukum bagi rakyat dan Kerajaan Aceh Darussalam. Bunyinya: "Adat bak Poteumeureuhom, hukom bak Syiah Kuala, qanun bak Putroe Phang, reusam bak Laksamana, hukom ngon adat lagee zat ngon sifeut".


Menyimak ungkapan tersebut, jelas sekali demikian kukuhnya pilar keislaman yang dilandasi syariat Islam kaffah di seluruh wilayah Kerajaan Aceh Darussalam. Bahkan ada riwayat yang menyebutkan Sultan Iskandar Muda, pernah menghukum putranya sendiri karena melakukan perbuatan mesum dengan perempuan yang bukan isterinya.



Ketujuh, Raja dilarang berhubungan dengan orang jahat. Pesan ini dipahami agar semua orang berkewajiban untuk menegakkan amar makruf dan membasmi segala bentuk kemungkaran. Kerajaan tidak memberikan kesempatan kepada siapapun untuk melakukan segala bentuk kemaksiatan yang menjurus kepada kefasidan. Namun berkenaan dengan syiar keagamaan kerajaan memberikan dukungan sepenuhnya untuk dijalankan.



Kedelapan, Raja wajib menjaga dan memelihara harta dan keselamatan rakyat dan dilarang bertindak zalim. Pesan ini dimaksudkan agar raja bertindak adil dalam semua aspek, dan tidak berlaku diskriminatif dalam penegakan hukum. Hak-hak rakyat dijaga, dan sama sekali tidak membebani rakyat dalam hal-hal yang tidak mampu dikerjakannya.

Read More

Rabu, 09 Januari 2013

TEUKU NYAK ARIEF ( 17 JULI 1899 - 4 MEI 1946 )



Teuku Nyak Arief dilahirkan di Ulee Lheu (5 Km dari Kuta Raja, sekarang Banda Aceh) tepatnya pada tanggal 17 Juli 1899. Ayahnya bernama Teuku Nyak Banta, sedangkan ibunya bernama Cut Nyak Rayeuk. Kedudukan Ayah Teuku Nyak Arief adalah sebagai Panglima Sagi 26 Mukim (wilayah Aceh Besar). Teuku Nyak Arief merupakan anak yang ke 3 dari 5 bersaudara dua diantaranya laki-laki dan tiga perempuan, adapun saudara kandung Teuku Nyak Arief adalah sebagai berikut :

1. Cut Nyak Asmah.

2. Cut Nyak Mariah.

3. Teuku Nyak Arief.

4. Cut Nyak Samsiah.

5. Teuku Mohd. Yusuf.

Teuku Nyak Arief ketika masih kanak-kanak termasuk anak yang cerdas, berani dan mempunyai watak yang keras seperti Ayahnya. Beliau selalu menjadi pemimpin diantara teman-teman sepermainannya, baik dalam pergaulan maupun di sekolah.

Permainan sangat digemari oleh Teuku Nyak Arief adalah sepak bola yang merupakan sebagai bintang lapangan.

Setelah Teuku Nyak Arief menyelesaikan pendidikannya di sekolah dasar (SD) Kuta Raja (Banda Aceh), beliau melanjutkan pendidikannya di sekolah Raja (Kweekschool) Bukit Tinggi dan kemudian pada pamongpraja (OSVIA) di Serang (Banten). Sekolah ini khusus diadakan oleh Belanda untuk anak-anak Raja dan Bangsawan dari seluruh Indonesia.

Teuku Nyak Arief dikenal sebagai orator walaupun selalu berbicara seperlunya saja. Sangat gemar membaca terutama menyangkut politik dan pemerintahan serta mendalami pengetahuan Agama. Oleh sebab itu tidak mengherankan kalau dalam usia muda Beliau telah giat dalam pergerakan.

Kegiatannya antara lain ikut membawa Aceh ke dalam wadah persatuan Hindia (Nusantara/Indonesia) serta mencurahkan perhatian yang besar untuk peningkatan kesejahteraan Rakyat. Beliau diangkat menjadi ketua Nasional Indische Party (N.I.P) cabang Banda Aceh pada tahun 1919.
Setahun kemudian (1920) Beliau menggantikan Ayahnya sebagai panglima sagi 26 Mukim. Kemudian di tahun 1927 Beliau diangkat menjadi anggota Dewan Rakyat (Volkraat) sampai dengan tahun 1931.

Teuku Nyak Arief merupakan salah seorang pendiri dan anggota dari fraksi Nasional di Dewan Rakyat yang diketuai oleh M.H. Thamrin. Dalam berbagai kesempatan yang diperolehnya ini Beliau banyak memberikan sumbangan dalam bentuk perjuangan politik baik untuk kesejahteraan rakyat maupun kemerdekaan.

Dalam menentang penjajahan Belanda di Aceh salah satu aksi yang pernah dilakukannya adalah memimpin gerakan dibawah tanah (tahun 1932). Diakhir kekuasaan pemerintahan Belanda di Aceh (awal tahun 1942) Beliau menuntut untuk diserahkan kekuasaan/pemerintahan kepada Beliau, tetapi karena tidak dikabulkan oleh Residen Aceh J. Pauw maka Beliau memberontak kepada pemerintah Hindia Belanda. Kolonel Gosenson memerintahkan KNIL/Marsose dapat dipukul mundur dan Beliau terhindar dari penangkapan dari penangkapan penembakan, walau dua kali berturut-turut kediaman Beliau di Lamnyong (Darussalam) diserang dengan kekerasan. Peristiwa tersebut sekaligus berarti pula bahwa Belanda mulai menarik diri dari Aceh Besar.

Jepang mendarat di Aceh pada tanggal 12 Maret 1942. berbeda dengan hari-hari sebelumnya, hari ini sudah melahirkan suatu momentum dalam sejarah Aceh khususnya dan sejarah Indonesia pada umumnya dimana kekuasaan penjajahan baru telah datang di Aceh dan sempat berkuasa selama 3,5 tahun.

Pendaratan Tentara Jepang di Ujong Batee, Teluk Balohan (Pulau Weh) dan Kuala Bugak Peureulak (Aceh Timur), disambut oleh rakyat dengan semangat persaudaraan sesuai dengan semboyan yang tiap malam yang didengungkan melalui pemancar radio Jepang bahwa mereka datang ke Indonesia untuk membebaskan saudaranya-saudaranya dari cengkraman penjajahan Belanda.

Kegembiraan Rakyat menyambut kedatangan Tentara Jepang tidak membuat mereka lupa daratan, setiap gerak-geriknya diikuti dengan teliti. Setiap langkah Jepang yang menguntungkan diterima dengan baik dan sebaliknya jika terjadi hal-hal yang mencurigakan segera dibuat perhitungan baik melalui meja perundingan oleh pemimpin- pemimpin mereka maupun melalui mata pedang sebagaimana yang telah dibuktikan oleh rakyat Aceh dalam perang Bayu di Aceh Utara pada bulan November 1942 yang dipimpin oleh Tengku Abdul Jalil.

Selanjutnya dapat juga kita lihat dalam peristiwa Fandrah di Aceh Utara pada bulan Mei 1945. Kesemuanya itu merupakan bukti nyata daripada ketidaksenangan rakyat Aceh terhadap kekerasan-kekerasan yang dilakukan oleh penjajah. Memang pada mulanya kehadiran Jepang di Aceh, rakyat beranggapan bahwa juru selamat telah tiba. Namun tidak lama kemudian tindakan-tindakan mulai dilakukannya berupa tekanan terhadap organisasi dan partai-partai politik. Akibatnya organisasi seperti Muhammadiyah, PUSA, parindra mengalami kemunduran bahkan Taman Siswa dibubarkan oleh Gunseibu, hal ini mengurangi simpati rakyat terhadap Jepang.

Kebencian rakyat semakin bertambah setelah Jepang memeras tenaga rakyat untuk kepentingan proyek mereka, seperti membuat jalan raya, Takengon- Blangkeujeren, kubu pertahanan Gunung Setan. Lapangan Udara dan lain-lain.

 Akibatnya rakyat tidak mempunyai waktu untuk mengurus kepentingan pribadi, sehingga keadaan ekonomi sosial mereka sangat menyedihkan. Hal-hal tersebut di atas menyebabkan perasaan benci terhadap Jepang tidak terkendalikan lagi. Akhirnya Jepang menyadari kedudukannya bahwa mereka bukan saja menghadapi musuh-musuh dari luar yang sedang melakukan serangan balasan, dari dalampun rakyat sudah menaruh benci dengan tingkah yang menyakiti hati rakyat.

Kemerosotan yang dialami oleh tentara Jepang dalam perang Asia Timur Raya, mendorong pemerintahan pendudukan memperluas Aceh Shu sangai Kai (Dewan penasehat Daerah Aceh) pada tanggal 17 November 1943. Badan ini semacam legislatif dibawah pimpinan Teuku Nyak Arief yang beranggotakan 30 orang, anggotanya terdiri dari berbagai kelompok elit di Aceh. Setahun kemudian keanggotaan Shu Sangi Kai diperluas oleh Shu Tjokan (Residen Aceh) S. Iinoo. Perluasan ini disamping dimaksudkan untuk mempergunakan susunan anggota juga untuk menarik kembali simpatik para elit dan berbagai macam kelompok di Aceh kedalam lembaga tersebut.

Sejalan dengan politik ingin mendekati rakyat dari berbagai golongan, maka pada bulan Juli 1945 para pembesar Jepang menghubungi tokoh-tokoh pemuda yang ada di Kutaraja. Dalam pertemuan itu pihak Jepang kembali menegaskan bahwa Dai Nippon pasti akan memberikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia. Oleh karena itu mereka meminta untuk mengkoordinir pemuda-pemuda sehingga lahir suatu angkatan pemuda yang kuat di Aceh.

Pada tanggal 14 Agustus 1945 yang bertempat di Aceh Bioskop Kutaradja diadakan rapat pemuda yang dihadiri juga oleh unsur masyarakat. Suatu hal yang mengejutkan para pemuda, tidak diketahuinya Jepang telah menyerah kalah ditandai dengan tidak hadirnya Syu Tjokan pada rapat tersebut. Satu-satunya yang hadir dari pihak Jepang adalah Matsyubushi yang mengucapkan pidato singkat tanpa bersemangat. Sedangkan di pihak pemuda telah menyampaikan pidatonya dengan membakar semangat rakyat, tidak saja dari unsur pemuda seperti Ali Hasjmy, Tuanku Hasyim, tetapi telah turut berbicara dengan bersemangat sekali dua orang pimpinan Aceh yaitu Teuku Nyak Arief dan Teungku Muhammad Daud Beureueh.

Rapat pemuda yang diadakan tepat pada hari menyerahnya Jepang kepada sekutu telah memberikan arti yang penting bagi para pemuda terutama yang berada di Kutaradja dan Aceh Besar. Mereka telah mendengar langsung pengarahan-pengarahan yang diberikan oleh para pemimpin mereka waktu itu. Karenanya tidak mengherankan setelah Indonesia merdeka para pemuda-pemuda tersebut mengorganisir dirinya dalam satu barisan yang diberi nama Ikatan Pemuda Indonesia

Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang telah menyerah pada sekutu tanpa syarat bersamaan dengan kekalahan Jepang, Soekarno dan Hatta sebagai pemimpin Indonesia segera mengadakan pertemuan dengan pemimpin-pemimpin Indonesia lainnya, mereka mengadakan persiapan untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
 Sesuai dengan rencana yang ditetapkan dan dipersiapkan dengan matang, maka pada tanggal 17 Agustus 1945 di Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta, tepatnya jam 10.00 pagi diproklamasikan kemerdekaan Indonesia keseluruh pelosok tanah air. Namun berita proklamasi ini terlambat beberapa hari diterima di Aceh.

Berita proklamasi kemudian diterima oleh pemuda Gazali dan Rajalis yang kemudian disampaikan pada Teuku Nyak Arief. Berita selanjutnya diterima melalui medis gram Bukit Tinggi yang dikirim oleh Adionegoro. Kemudian Teuku Nyak Arief memanggil tokoh-tokoh penting sesudah menerima berita tersebut. Dihadapan pemimpin-pemimpin itu Teuku Nyak Arief menyatakan sumpah setia kepada Negara Republik Indonesia.

Seiring dengan diterimanya berita proklamasi kemerdekaan Indonesia, maka dilakukanlah pengibaran Sang Merah Putih diberbagai tempat, namun yang terpenting adalah yang dilakukan pada tanggal 24 Agustus 1945 didepan Kantor Polisi Kepang (Kantor Baperis sekarang) oleh para pegawai bangsa Indonesia. Dalam penaikan Bendera disini timbul insiden dengan serdadu Jepang yang sedang mengawal Tyokan (Pendopo sekarang). Insiden ini terjadi sewaktu Muhammad Hasyim, wakil Kepala Polisi yang diangkat oleh Jepang sedang memimpin penaikan Bendera Merah Putih, pada waktu itu Muhammad Hasyim ditegur dan dihalang-halangi, bahkan kemudian Bendera yang telah dikibarkan itu diturunkannya.

Perbuatan serdadu Jepang itu tidak diterima dan pada saat itu juga seorang peserta yaitu Muhammad Amin Bugis dengan bersemangat merampas kembali Bendera Merah Putih dari serdadu Jepang itu, lalu menaiki tiang bendera untuk selanjutnya mengikat tali bersama Bendera dan berkibarlah Sang Merah Putih tersebut.

Pada tanggal 29 Agustus 1945 Teuku Nyak Arief diangkat menjadi Ketua Komite Nasional Indonesia (K.N.I) daerah Aceh, untuk memikul biaya perang (perjuangan) yang semakin berat maka Teuku Nyak Arief menjual harta benda pribadinya termasuk segala perhiasan emas milik istrinya, demi kelancaran perjuangan untuk mempertahankan tanah air Indonesia.

Revolusi berjalan terus, rakyat Aceh yang terkenal heroik terhadap penjajahan Belanda dan Jepang, pada saat ini telah bertekad untuk mempertahankan kemerdekaan, jalannya revolusi harus dipimpin dan diarahkan untuk pengarahan jalanya revolusi aparat pemerintah harus disempurnakan, meskipun pemerintah Indonesia mulai tanggal 3 Oktober 1945 dengan surat ketetapan Gubernur Sumatera dari negara Republik Indonesia No. 1/X telah mengangkat Teuku Nyak Arief sebagai Residen Aceh. Teuku Nyak Arief sebagai Residen Aceh pernah menodongkan pistol pada orang-orang yang menghalangi pengibaran Sang Merah Putih, termasuk orang Jepang. Bahkan beliau dengan gagah berani memasang Bendera Merah Putih dimobilnya, sedangkan pemimpin- pemimpin lainnya belum berani melakukannya pada saat itu.

Perjuangan terus ditingkatkan, aparatur terus disempurnakan. Komando perjuangan dipegang oleh Teuku Nyak Arief, biarpun hubungan dengan pemerintahan pusat pada saat itu tidak selancar seperti keadaan sekarang ini, akan tetapi garis-garis yang telah ditetapkan oleh pemerintahan pusat sedapat mungkin dilaksanakan.



Pada bulan Oktober 1945 utusan sekutu tiba di Kutaraja (Banda Aceh sekarang) yang bernama Mayor Knotienbelt untuk membicarakan pendaratan Sekutu di Aceh dalam rangka melucuti senjata-senjata Jepang dan mengurus para tawanan perang. Residen Teuku Nyak Arief menolak rencana sekutu ini. Beliau berjanji akan mengatur pemulangan tentara Jepang dengan sebaik-baiknya.

Kekuatan persenjataan terus diperkuat oleh Teuku Nyak Arief. Tangsi-tangsi (asrama) yang ditinggalkan oleh Jepang, ditempati oleh Polisi istimewa dan TRI yang dilatih dengansistem tempur modern. Bekas opsir Gyu Gun dilantik kembali menjadi perwira-perwira TRI seperti ; Kolonel Syamaun Gaharu, Mayor T.A. Hamid, Kapten Hoesen Yoesoef, Said Usman, Said Ali, Nyak Neh dan Kapten T. Muhammadsyah.

Pada upacara pertama dilakukan Deville Meliter di lapangan Blang Padang dengan Insfektur Upacara Residen Teuku Nyak Arief dan Komandan Upacara adalah Kapten Muhammadsyah.

Memasuki bulan Desember 1945 Residen Teuku Nyak Arief sering digantikan oleh Tuanku Mahmud dan Teuku Panglima Polem Moh. Ali sebagai Wakil Residen. Hal ini diakibatkan karena residen sering mengadakan perjalanan dan peninjauan ke daerah- daerah, terutama di daerah yang kurang aman.

Teuku Nyak Arief sangat berjasa yang luar biasa dibidang kemiliteran, maka beliau diangkat menjadi anggota staf umum TRI dengan pangkat "Jenderal Mayor Tiituler" oleh Panglima TRI Komandemen Sumatera melalui surat ketetapannya No. 10 tanggal 17 Januari 1946.

Dan tidak ada istilah istirahat. Akibat terlalu letih dalam menjalankan tugas mengakibatkan Beliau mengidap penyakit gula (kencing Manis) yang semakin parah, maka dari itu beliau meminta cuti selama 2 (dua) bulan untuk berobat, sebagai penggantinya ditunjuk Teuku Panglima Polem Moh. Ali sebagai wakil residen.

Sementara Teuku Nyak Arief menjalankan cuti, terjadi peristiwa Cumbok mengakibatkan perpecahan antara golongan Ulama. Pada saat itu Teuku Nyak Arief merasa sedih ketika mendengar peritiwa tersebut, karena Beliau telah berusaha mempersatukannya sejak zaman Hindia Belanda dan Jepang, ternyata berhasil. Pertentangan kedua golongan ini sengaja dipertajam oleh pemerintah Hindia Belanda dalam rangka politik "Devide et Impera" nya.

Penangkapan terhadap Teuku Nyak Arief dilakukan oleh Tentara Perlawanan Rakyat (TPR) pada saat beliau dalam keadaan sakit, yang dilakukan dengan cara baik- baik dan dengan penghormatan, karena mereka itu menyadari bahwa pengaruh Teuku Nyak Arief masih besar. Kepada keluarganya dikatakan bahwa Teuku Nyak Arief akan dibawa untuk istirahat, kebetulan pada waktu itu Beliau masih dalam keadaan sakit.



Kemudian beliau dibawa ke Takengon dengan sebuah Seda yang dikawal oleh dua orang Tentara Perlawanan Rakyat (TPR) yang berpakaian Hitam dan bertopeng.


Setelah satu bulan Teuku Nyak Arief berada di Takengon barulah keluarganya diperbolehkan menyusul untuk mengunjungi Teuku Nyak Arief, yang diizinkan untuk mengunjungi beliau selama di Takengon adalah istri Beliau Cut Nyak Jauhari, anak beliau Teuku Syamsul Bahri dan adik Beliau Teuku Abdul Hamid.


Dalam keadaan sakit Teuku Nyak Arief masih dapat memikirkan tawanan lainnya dan keadaan rakyat Aceh pada umumnya. Sehubungan dengan keadaan saki

Beliau berpulang ke Rahmatullah disamping istri Beliau Cut Nyak Jauhari dan anak Beliau Teuku Syamsul Bahri serta adik beliau Teuku Abdul Hamid, tepatnya pada tanggal 4 Mei 1946 di Takengon. Jenazah Beliau dibawa ke Kutaraja (Banda Aceh) dan dikebumikan di tanah pemakaman keluarga Beliau, yaitu di Lamreung, lebih kurang dua kilometer dari Lamnyong.


Teuku Nyak Arief yang menjadi Panglima sagi 26 Mukim pada tahun 1927 - 1931 dan pada tahun 1927 tepatnya pada tanggal 16 Mei diangkat sebagai anggota Volksraad disamping tetap memegang jabatan selaku Panglima Sagi 26 Mukim. Beliau dijuluki sebagai Rencong Aceh. Pada tahun 1945 - 1946 Beliau diangkat sebagai Residen Aceh yang pertama. Perjuangan Beliau tanpa mengenal lelah dan tanpa pamrih, rela mengobarkan harta benda demi perjuangan. Beliau merupakan pahlawan tiga zaman, seorang pejuang yang gigih, karena jasanya dibidang kemiliteran (ketentaraan) maka Beliau diangkat sebagai anggota staff Umum TRI dengan pangkat "`Jenderal Mayor Tirtuler" oleh panglima TRI Komandemen sumatera dengan Surat Ketetapan No. 10 tanggal 17 januari 1946.


Teuku Nyak Arief telah meninggalkan kita semua untuk selama-lamanya, dan beliau sebagai seorang pemimpin rakyat yang telah berjuang bersama-sama rakyat sampai dengan akhir hayatnya, dan Beliau meninggal dunia pada tanggal 4 Mei 1946 di Takengon (Aceh Tengah) dalam status tahanan/tawanan dan dimakamkan pada pekuburan keluarga Beliau di lamreung ± 2 km dari Lamnyong Banda Aceh.


Teuku Nyak Arief adalah Pahlawan Nasional yang dikukuhkan dengan surat Keputusan Presiden RI No. 0711/TK/tahun 1974, tanggal 9 November 1974.

Read More

Panton Aceh - Aceh kareule



Meukrue seumangat rahmat meusampe
Rincong meu uke hana le tajam
Yoh masa dile jithe le kafe
Rata sagoe be Aceh ji seugan

Cukop meu ceuhu makmu bukon le
Raja pih ade yang mat pimpinan
Rakyat seujahtra kuta deungon gle
Hana yang mate ngon tan makanan

Seuramoe Meukah meugah bukon le
Rata lungkiek gle na wase tambang
Kareuna Nanggroe bak jaroe jahe
Tuhan peu ade ka Neu cok pulang

Saboh alamat nikmat hana le
Karena jahe hana le so tham
Kareuna Raja ka dua hate 

Hukom yang ade hana le timang

Takaleon conto sampoe meupake
Meu poh poh mate seu sabe Islam
Rot noe ngon rot deh areh mat beude
Peuturot hate pakat peu ek prang

Rakyat sengsara rata sagoe be
Han so jeut jak le u gle ngon u blang 

Ladom seu numpok kabeh brok pade
Ladom dalam gle kabeh brok kacang

Bak tanggai 16 Agustus akhe
Rumbok Helsingke hanjeut le muprang
Ban dua pihak seureuntak sare
Meu jroh jroh hate hanjeut le dendam

Geutanda jaroe mentro ngon toke
Kateuhah hate RI dendon GAM
Hase M O U nanggroe Helsingke
Di Aceh beude sare ji reupang

Alif Ba goh jeut neuk bet Tapeuse
Rimung goh mate sare ka ta bang
Laba ngon rugo hana so pike
Peuturot hate ngon nafsu syaitan


Jalo goh leupah beulahdeh ji ile 

Goh troh u pante tanyoe jeu meurang
Ka laen macam ragam seu mike
Neuk duk keu toke dalam pikeran

Sumpah ngon janji ka ji peureule
Tan le meu pike keu rakan rakan 

Penteng bak jaroe moto B M W
Oh wate mate aleh pakiban

Hana so sangka si janda male 

Oh ban meulahe aneuk pih agam 
Rupa sep ceudah sulah meu uke
Su sinyak lahe mate ma bidan

Sinyak ka rayeuk jak jok u Meuse
Bek jeut keu kafe yu beut Qurân
Ji beut hana roh gadoh meu jipre
Jijak meu rabe sabe tip malam

Rugo belanja meugunca pade
Peulandok pance ka meu sereuban
Peugah droe Tgk Abu ngon 
Toke 
Rata sago be sare meu utang

Lheuh tapoh buya ngon mata kawe
Singa dalam gle ka ji jeumeurang
Jino lam susah lempah meusampe
Hukom bak hate kon le aturan

Mandum ka teuga dak baro lahe
Mandum ka sabe tanle bawahan
Hana le meuri guci ngon bate
Sama seumike sare keumuran

Yang penteng troe prut pijut hana le
Meu keusut hate katroh tujuan
Meunyoe bak peugah gagah sang bace
Hareuga mate nanggroe cok pulang

Etno keuh haba kamo meu cae
Keu ubat hate mangat pikiran
Yang kamoe rawi buketi lahe
Aceh kareule tanle harapan
Read More

Selasa, 31 Januari 2012

Samsung Galaxy Spica – Install Root Kernel dan Recovery LK.2.08

Kernel LK.2.08 hanya tambahan kernel yang diinstall pada Android yang berisi fitur seperti di bawah, Kernel LK.2.08 sifatnya adalah wajib jika ingin melakukan install ROM/Firmware Froyo maupun Gingerbread dan ROM/Firmware custom/racikan lainnya. Instalasi Kernel LK.2.08 bisa langsung diinstall pada android 2.1 / eclair.
Fitur :
Root
Recovery
Apps2SD
Swap

Download :

Lanjutkan dengan Proses Flashing
Manual Flash
PDA : i5700_LK2-08_PDA.tar
OPS : spica_jc3.ops
Centang : Debug Only
Keterangan Lainnya sama dengan Proses Flashing seperti biasa
Tunggu sampai Pass


Selesai dan akan masuk ke Home seperti biasa.

Read More

Samsung Galaxy Spica – Flashing

Manual Flash Secara Umum : sumber
  1. Download Firmware
  2. Download ODIN 4.03
  3. Download Driver dan install dengan benar
  4. Download spica_jc3.ops
  5. Matikan Handphone
  6. Masuk ke “Download Mode” dengan cara menekan “Volume_Down + Camera + Power_Button” secara bersamaan
    Download Mode
  7. Sambungkan Handphone dengan PC dengan kabel data
  8. Instal driver dvr5700
    Device Manager
  9. Setelah driver sudah terinstal, coba cabut kabel data dan sambungkan kembali apakah sudah dikenali kembali
  10. Jika driver sudah terinstal dengan baik, buka Odin Multi Downloader v4.03.exe
  11. Pastikan COM Port Mapping sudah dikenal ditandai dengan munculnya nomer port dan background kuning
  12. Masukkan file yang dibutuhkan dan centang sesuai kebutuhan (contoh di bawah)
    Odin Downloader
  13. Jika semua file yang dibutuhkan sudah dimasukkan, centang Debug Only
  14. Jika file terdiri dari 4 file (Boot, Phone, PDA, CSC) centang juga PDA Format
  15. Jika file hanya terdiri dari 1 file tidak perlu centang PDA Format
  16. Jangan mencentang Phone EFS Clear (karena akan menghapus IMEI)
  17. Start
  18. Jangan cabut kabel data sampai proses selesei (Pass)
  19. Proses Flashing firmware hanya berlangsung paling lama 10 menit, jadi jika lebih dari itu dan mentok di “Setup Connection” brarti proses gagal. Silahkan cabut kabel data dan matikan hape dengan cara cabut batre.
  20. Hati-hati juga jangan sampai mati listrik pada saat proses Flash, sebaiknya gunakan laptop dengan batre penuh
  21. Resiko yang timbul akibat kesalahan proses ditanggung sendiri ya… !
  22. Jika masih tidak mengerti atau butuh link lokal silakan ke forum

Biasanya jika KIES/NPS (New PC Studio) tidak ditutup akan membuat proses stuck “Setup Connection”. Jika KIES/NPS tidak diperlukan sebaiknya diuninstall saja, karena jika menggunakan Win Vista/7 sering mengalami Stuck Connection karena masalah ini. Setelah ketemu drivernya, silahkan langsung OK saja sampai selesai. Semoga beruntung

Sebelum Flash Pastikan :
  1. Hard Reset dengan menekan *2767*3855# di Phone
  2. Lebih saya rekomendasikan menggunakan Win XP, karena dari pengalaman jika menggunakan Win Vista / 7 seringkali bermasalah, bukannya tidak bisa namun perlu usaha ekstra
  3. Wajib dicentang di ODIN : Reboot, Protect OPS, Reset Time
  4. Tidak boleh dicentang di ODIN : Parameter Clear, Phone EFS Clear, Phone Boot Update
  5. Hanya tambahkan centangan yang diperlukan saja seperti manual di bawah.
  6. Jika hanya ada 1 file tar (One Package), yang dicentang adalah : Reboot, Protect OPS, Reset Time, One Package, Debug Only.
  7. Jika hanya ada 1 file tar (PDA), yang dicentang adalah : Reboot, Protect OPS, Reset Time, Debug Only.
  8. Jika ada 4 file tar (Boot, Phone, PDA, CSC), yang dicentang adalah : Reboot, Protect OPS, Reset Time, Debug Only, PDA Format.

Berikut contoh melakukan flashing yang diposting oleh Leshak di Youtube:

Upgrade ke Android 2.1 update 1 (I570EXXJD1 – FW April 2010)
Jika masih menggunakan Android 1.5 bisa langsung diflash pake firmware ini
Download Firmware

Isian di ODIN :
OPS : spica_jc3.ops
Boot : I570EXXJA1_CL132638_Bootloader.tar
Phone : I570EXXJD1_Phone.tar
PDA : I570EXXJD1_CL230668_PDA.tar
CSC : I570EOXEJD1-CSC-MULTI-CL232064.tar

Yang dicentang :
Debug Only
PDA Format

Upgrade ke Android 2.1 update 1 – Resmi Indonesia (I570EDXJC4)
Jika sebelumnya menggunakan android 2.1 bisa langsung upgrade, namun jika telah menggunakan firmware 2.1 XX silahkan donwgrade dulu ke DXJB3

Download Firmware

Isian di ODIN :
OPS : spica_jc3.ops
Boot : dikosongi Phone : dikosongi
PDA : dikosongi CSC : dikosongi
One Package : I570EDXJC4.tar

Yang dicentang :
One Package
Debug Only

Upgrade ke Android 2.1 update 1 (I570EXXJD4 – FW April 2010)
Jika masih menggunakan Android 1.5 bisa langsung diflash pake firmware ini.

Download Firmware

Isian di ODIN :
OPS : spica_jc3.ops
Boot : I570EXXJA1_CL132638_Bootloader.tar
Phone : I570EXXJD1_Phone.tar
PDA : I570EXXJD4_CL273309_PDA.tar
CSC : I570EOXEJD2-CSC-MULTI-CL263367.tar

Yang dicentang :
Debug Only
PDA Format

Flash sampai dengan selesai (pass) Selesai, cabut kabel data.


Read More